Perbedaan Silsilah Yesus antara Matius 1 dan Lukas 3

•May 9, 2010 • Leave a Comment

Baik Matius 1 maupun Lukas 3 sama-sama mencatat silsilah Yesus. Tetapi tampaknya ada satu masalah: Keduanya berbeda.  Silsilah dalam Lukas dimulai dari Adam lalu ke Daud. Sementara Matius memulai dari Abraham hingga Daud. Ketika keduanya sama-sama sampai ke Daud, terjadilah perpisahan nama anak Daud yang disebutkan: Natan (dari garis silsilah Maria) dan Salomo (dari garis Yusuf).

Tidak terdapat kontradiksi di sini karena yang satu merupakan garis silsilah dari pihak Maria sementara yang satunya lagi dari pihak Yusuf. Dan merupakan kebiasaan di kalangan orang Yahudi untuk menyebutkan suatu silsilah dengan menggunakan nama ayah meskipun jelas jelas garis keturunan itu ditarik dari sisi ibu.

Beberapa pengkritik mungkin tidak akan pernah menerima penjelasan ini. Tetapi, mereka seharusnya menyadari lebih dahulu bahwa Alkitab harus ditafsirkan menurut konteks dari gaya penulisan (sastranya), budaya, dan sejarah. Memecahkan garis silsilah dari sisi ibu maupun bapak dengan tetap menyebut kedua-duanya dengan nama bapak merupakan suatu hal yang biasa terjadi dan diterima oleh budaya Timur Dekat karena umumnya sering dianggap tidak sopan jika membicarakan seorang wanita tanpa memperhatikan syarat-syarat tertentu, seperti: kehadiran suaminya, dll. Karena itulah, silsilah yang satu adalah dari sisi Maria yang satu lagi dari sisi Yusuf. Meskipun kedua-duanya menyebutkan Yusuf sebagai orang tua langsung Yesus. Dengan kata lain, Maria telah diperhitungkan sebagai “bagian/ di dalam” nama Yusuf sebagai kepala keluarganya. Kedua, apakah para pengkritik itu sungguh-sungguh berpikir bahwa para pengumpul kitab-kitab Perjanjian Baru, dan sekaligus merupakan pihak yang percaya bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan, bisa sampai tidak memperhatikan perbedaan yang mencolok ini? Apakah memang ada orang yang berpikir bahwa orang Kristen memang sebegitu konyolnya sehingga mereka tidak sadar bahwa terdapat perbedaan dalam daftar silsilah Yesus, menutup mata mereka lalu menempatkan kedua Injil itu begitu saja dalam kanon dan berharap tidak ada orang yang akan memperhatikan hal ini? Tentu tidak. Mereka tahu persis konteks kultural dan tidak menganggap hal ini sebagai masalah karena mereka tahu bahwa yang satu memang dari sisi Yusuf dan yang lain dari sisi Maria. Ketiga, perhatikanlah bahwa Lukas memulai dengan Maria lalu menelusuri hingga ke Adam. Matius mulai dari Abraham dan menelusuri hingga Yusuf. Tujuan penulisan dari kedua silsilah ini jelas berbeda sebagaimana perbedaan gaya penulisan keduanya. Lukas tidak menujukan Injilnya kepada orang Yahudi sementara Matius menuliskannya untuk orang Yahudi. Karena itulah, Matius harus memakai silsilah yang resmi (dari Abraham melalui Daud) sementara Lukas dari sisi biologisnya (dari Adam melalui Daud). Juga, perhatikanlah bahwa ketiga pasal pertama dari Injil Lukas menyebutkan Maria hingga 11 kali; karena itulah, silsilah Yesus dimulai Lukas dari Maria.  Keempat, perhatikanlah Lukas 3:2, “Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,” Pemakaian frase “menurut anggapan orang” menunjukkan bahwa silsilah ini memang diurutkan dari sisi Maria karena frase ini menunjukkan bahwa Yesus bukanlah anak biologis dari Yusuf.

Akhirnya, dalam silsilah Yusuf terdapat seseorang yang bernama Yekhonya. Allah telah mengutuk Yekhonya, dengan menetapkan bahwa tidak ada seorang pun dari keturunannya yang akan duduk di atas tahta Daud,”Beginilah firman TUHAN: “Catatlah orang ini sebagai orang yang tak punya anak, sebagai laki-laki yang tidak pernah berhasil dalam hidupnya; sebab seorangpun dari keturunannya tidak akan berhasil duduk di atas takhta Daud dan memerintah kembali di Yehuda.” (Yeremia 22:30). Tetapi Yesus, tentu saja, akan duduk di atas tahta Kerajaan Sorga. Hal ini karena Yesus memang bukan keturunan biologis dari Yekhonya, tetapi keturunan Daud dari garis lain — yaitu garis Maria. Karenanya, nubuat dan kutukan terhadap Yekhonya tetap berlaku tanpa cacat. Tetapi, Yusuf yang secara sah mengadopsi Yesus sebagai anaknya menyebabkan Yesus diakui secara hukum sebagai anak Yusuf tanpa perlu melanggar kutuk biologis tersebut. Karena itulah diperlukan pengungkapan dua silsilah: satu dari sisi Maria (garis biologis yang aktual sesuai dengan nubuatan) dan garis yang resmi secara hukum melalui Yusuf.

Pekerjaan sebagai panggilan dari TUHAN..

•April 27, 2010 • Leave a Comment

Beberapa waktu yang lalu, saya mendengarkan radio ketika saya sedang mengendarai mobil. Ada seorang pembicara di radio tersebut yang membahas tentang ciri-ciri orang bekerja, yaitu 3 pandangan mengenai pekerjaan.

Pandangan yang pertama adalah pekerjaan sebagai sebuah kewajiban. Orang yang bekerja dengan pandangan ini, hanya akan bekerja sesuai dengan apa yang dia terima. Dia selalu mengharapkan hari jumat, padahal baru hari senin. Dia selalu mengharapkan jam 5, padahal baru jam 8. Dikatakan bahwa tipe orang seperti ini tidak akan sukses, karena dia tidak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi pada tempat dia bekerja kalau pekerjaannya tidak selesai, yang penting jam kerja selesai.

Pandangan yang kedua adalah pekerjaan sebagai sebuah hobi. Orang yang bekerja dengan pandangan ini, bisa dikatakan tidak mengenal waktu dalam bekerja. Saat ada tantangan, dia akan berusaha menyelesaikannya, tidak peduli apakah telah melewati batas jam kerja, tidak peduli apakah akan ada apresiasi apabila dia menyelesaikan tantangan tersebut, yang penting tantangan tersebut harus bisa dilewati. Ada kepuasan tersendiri saat tantangan tersebut terselesaikan.

Pandangan yang ketiga adalah pekerjaan sebagai panggilan dari TUHAN. Ini adalah pandangan yang sangat memberkati saya, karena tidak saja pekerjaan itu dapat memberi saya kepuasan, tetapi melalui pekerjaan tersebut, saya juga dapat menjadi berkat untuk sesama saya. Dengan menjadikan pekerjaan sebagai panggilan dari TUHAN, tidak ada masalah yang tidak dapat kita selesaikan. Seringkali kita berusahan menyelesaikan tantangan yang menjadi hobi kita, tetapi kemampuan manusia itu terbatas. Hanya bersama TUHAN, kita dapat menyelesaikan semua permasalahan kita dan menjadi berkat bagi sesama kita.

Mari bekerja bersama TUHAN..

Minggu yang padat..

•March 18, 2010 • Leave a Comment

Beberapa minggu ini merupakan minggu yang cukup padat. Pulang dari luar kota, harus segera mempersiapkan materi presentasi untuk meeting dan menyelesaikan beberapa report yang mendesak. Setelah itu sudah harus mempersiapkan materi untuk implementasi selama 1 minggu di pare. Di tengah kondisi badan yang kurang sehat, sempat juga sih merenungkan apakah pekerjaan ini terlalu berat? Jawabnya tidak! Pekerjaan ini terasa menyenangkan sekali. Meski kadang harus lembur, kemudian masih harus melanjutkan pekerjaan setelah pulang dan beristirahat sebentar, tapi selama pekerjaan ini dijalani dengan sepenuh hati (ciee..), terasa enjoy banget.

Satu hal yang bisa direnungkan adalah Tuhan tidak pernah memberi cobaan yang melebihi kemampuan kita. Apabila saat ini kita mendapat masalah yang menurut kita berat, percaya aja kalau kemampuan kita (dengan pertolongan Tuhan tentunya..) sudah lebih besar dari masalah tersebut. Dan jangan menyia-nyiakan kemampuan yang sudah Tuhan berikan. Jadi kesimpulannya: PADAT != BERAT :p..